Mengantuk Saat Hujan Turun

Psikiater Ungkap Alasan Tubuh Mudah Mengantuk Saat Hujan Turun

Psikiater Ungkap Alasan Tubuh Mudah Mengantuk Saat Hujan Turun
Psikiater Ungkap Alasan Tubuh Mudah Mengantuk Saat Hujan Turun

JAKARTA - Saat hujan turun, banyak orang merasa kantuk datang tanpa permisi. 

Fenomena ini sering terjadi, terutama ketika cuaca menjadi tidak menentu. Dari siang yang panas menyengat hingga sore atau malam hari hujan deras mengguyur, tubuh kerap menuntut istirahat lebih cepat. Lalu, apa sebenarnya yang membuat hujan memengaruhi rasa kantuk manusia?

Psikiater dr. Hilda Marsela, Sp.KJ, menjelaskan bahwa kondisi cuaca memengaruhi ritme biologis tubuh dan kerja otak.

 “Saat hujan, langit lebih gelap dan kadar cahaya berkurang. Itu membuat produksi hormon melatonin meningkat, yaitu hormon yang memicu rasa kantuk,” ujar dr. Hilda.

Rasa kantuk yang muncul bukan tanpa alasan. Fenomena ini berkaitan erat dengan mekanisme biologis dan psikologis tubuh, yang menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

Peran Cahaya dalam Rasa Ngantuk

Salah satu faktor utama adalah cahaya. Menurut dr. Hilda, cahaya memiliki peran besar dalam mengatur circadian rhythm atau jam biologis tubuh. Ketika sinar matahari berkurang, tubuh menafsirkan bahwa waktu istirahat sudah dekat, mirip saat malam hari.

“Cahaya redup memberi sinyal ke otak untuk menghasilkan lebih banyak melatonin dan mengurangi serotonin, zat kimia otak yang menjaga semangat dan mood tetap stabil. Akibatnya, orang jadi merasa lebih rileks, tenang, dan akhirnya mengantuk,” jelasnya.

Fenomena ini menjelaskan mengapa kita sering merasa ingin rebahan ketika hujan turun, meski aktivitas fisik belum dilakukan. Lingkungan dengan pencahayaan rendah memicu tubuh untuk menyesuaikan energi dengan keadaan sekitar.

Tekanan Udara dan Efek Fisiologis

Selain cahaya, tekanan udara juga memengaruhi rasa kantuk. Saat hujan, tekanan udara biasanya menurun. Tekanan rendah ini dapat menurunkan kadar oksigen di udara, sehingga tubuh merasa sedikit lebih lambat dalam beradaptasi. Akibatnya, energi yang dibutuhkan untuk bergerak lebih tinggi dan tubuh lebih “malas” untuk melakukan aktivitas fisik.

“Udara dingin juga memicu tubuh untuk menghemat energi. Itulah kenapa saat hujan, kita lebih memilih diam di tempat, berselimut, dan enggan beraktivitas,” kata dr. Hilda.

Selain itu, suara rintik hujan yang ritmis dapat memicu respons relaksasi pada sistem saraf parasimpatik, bagian sistem saraf yang membuat tubuh tenang dan siap tidur. Inilah alasan mengapa suara hujan sering digunakan dalam meditasi atau white noise untuk membantu tidur.

Hubungan Suasana Hati dan Cuaca

Rasa kantuk saat hujan kerap disertai perasaan tenang atau melankolis. Menurut dr. Hilda, ini wajar karena aktivitas otak menurun seiring turunnya stimulasi dari luar.

“Ketika tidak ada banyak cahaya dan aktivitas sosial menurun, otak menurunkan kewaspadaan. Itu yang membuat kita cenderung ingin diam dan istirahat,” jelasnya.

Suasana hati yang dipengaruhi cuaca sering disebut sebagai fenomena seasonal affective response, yaitu perubahan mood atau energi terkait kondisi lingkungan. Meski tidak selalu bersifat patologis, efek ini cukup signifikan dalam memengaruhi produktivitas dan fokus.

Tips Agar Tetap Segar Saat Hujan

Meskipun kantuk saat hujan merupakan respons biologis alami, ada beberapa strategi sederhana agar tubuh tetap waspada dan energik:

Gunakan pencahayaan cukup di dalam ruangan
Menyalakan lampu dapat memberi sinyal pada otak bahwa waktu istirahat belum tiba, sehingga hormon kantuk tidak terlalu meningkat.

Lakukan aktivitas ringan
Peregangan, berjalan singkat, atau aktivitas fisik sederhana membantu meningkatkan sirkulasi darah dan energi.

Atur jadwal tidur malam
Tidur cukup di malam hari membantu tubuh tetap stabil saat cuaca berubah-ubah. Kekurangan tidur bisa memperburuk kantuk di siang hari, terutama saat hujan.

Perhatikan lingkungan kerja atau belajar
Suasana yang gelap atau lembap dapat memicu kantuk lebih cepat. Gunakan pencahayaan tambahan dan ventilasi yang baik untuk menjaga kewaspadaan.

Hidrasi yang cukup
Air membantu metabolisme tetap berjalan lancar. Dehidrasi ringan pun bisa membuat tubuh cepat lelah dan mengantuk.

Dr. Hilda menekankan bahwa perubahan cuaca yang tidak menentu membuat tubuh seperti “bingung” karena tidak punya pola yang bisa diikuti. Kondisi ini memaksa tubuh bekerja lebih keras untuk beradaptasi, sehingga terasa cepat lelah dan kantuk mudah muncul.

Adaptasi Tubuh terhadap Cuaca

Tubuh manusia dirancang untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Saat hujan, kombinasi cahaya redup, tekanan udara rendah, dan suhu lebih dingin memberi sinyal pada tubuh untuk menghemat energi. Otak merespons dengan menurunkan tingkat kewaspadaan dan meningkatkan hormon melatonin.

Fenomena ini merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh. Dengan memahami mekanismenya, seseorang bisa lebih sadar terhadap kebutuhan fisik dan mentalnya. Misalnya, ketika merasa kantuk saat hujan, ini bisa menjadi sinyal bahwa tubuh membutuhkan istirahat atau aktivitas ringan untuk menyeimbangkan energi.

Cuaca hujan memang sering membuat mengantuk karena pengaruh biologis dan psikologis yang kompleks. Faktor utama meliputi:

Penurunan cahaya yang meningkatkan hormon melatonin.

Tekanan udara rendah yang membuat tubuh lebih lambat bergerak.

Suara hujan yang menenangkan sistem saraf parasimpatik.

Penurunan stimulasi sosial dan aktivitas lingkungan yang membuat otak menurunkan kewaspadaan.

Meski kantuk saat hujan normal, penting untuk menjaga aktivitas, pencahayaan, dan hidrasi agar tetap segar dan produktif. Mengetahui cara tubuh beradaptasi dengan cuaca membantu kita lebih memahami respons fisik dan mental, sehingga kantuk tidak mengganggu rutinitas sehari-hari.

Jadi, jangan heran jika mata mulai terasa berat ketika hujan turun. Tubuh hanya sedang menyesuaikan diri dengan perubahan cuaca, dan dengan beberapa langkah sederhana, kita tetap bisa waspada dan energik.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index